Kisah Atlet Taekwondo Wanita Peraih Banyak Prestasi
Usia dan
pekerjaan tak menghalanginya untuk tetap berprestasi. Inilah kisah Reiza M Noer
atau yang akrab dipanggil Echa, wanita 25 tahun yang telah terjun dalam
kegiatan bela diri taekwondo sejak awal masuk kuliah pada tahun 2015.
Berawal dari
rasa penasaran, Echa memberanikan dirinya
untuk daftar di ukm taekwondo unesa pada awal perkuliahan. Tak disangka, ia
tetap menekuni taekwondo hingga saat ini.
Mengetahui bahwa
taekwondo merupakan cabang olahraga yang tergolong ekstrim bagi wanita, tak
menghalangi niatnya untuk tetap melanjutkan kegiatan yang disukainya itu. Echa mengatakan
jika alasan utamanya mengikuti taekwondo adalah agar ia bisa melindungi dirinya
sendiri. “Justru karena aku perempuan, aku harus belajar supaya bisa melawan
orang yang sekiranya akan menyakiti,” ujarnya.
Selain itu,
ia juga mengatakan saat duduk dibangku SMP ia pernah terlibat adu jotos dengan
teman laki-lakinya, namun saat itu ia kalah telak karena teman yang memiliki
tubuh yang lebih besar dari dirinya itu tidak sengaja menendang perutnya. Oleh sebab
itu, Echa tertarik untuk mempelajari tendangan dan menyukai olahraga yang
banyak menggunakan kaki.
“Dulu waktu
SMP aku pernah bertengkar sama teman laki-lakiku, lalu dia tiba-tiba menendang perutku.
Karena aku merasa kalau tendangan itu lebih kuat dari pada pukulan jadinya aku
ingin belajar menendang,” ujarnya
“aku suka taekwondo, karena taekwondo itu
salah satu bela diri yang 90% menggunakan kaki,” tambahnya.
Tak hanya
diam saja, selama menjadi atlet taekwondo Echa sering kali mengikuti kejuaraan
yang diadakan oleh berbagai universitas dan pengprov jatim. Echa juga mendapatkan
banyak prestasi, beberapa diantaranya adalah berhasil
meraih medali perak senior U-49 di
Kejuaraan Nasional Telkom 2016 dan medali perunggu senior U-49 di Kejuaraan
Provinsi Taekwondo Jatim yang diadakan di Ngawi.
Namun,
dibalik kesuksesannya dalam meraih prestasi selama bertahun-tahun, Echa merasa
kesulitan untuk membagi waktu antara kuliah dan berlatih. Sehingga, ia berniat untuk
mengakhiri masa atletnya saat semester akhir. Tapi hal tersebut tidaklah
terjadi, karena Echa mendapatkan inspirasi dari pelatih seniornya yang bisa
menyeimbangkan waktu antara pekerjaan dan melatih para atlet.
Sehingga pada
tahun 2019 Echa diajak pelatihnya tersebut untuk menjadi pelatih pendamping di
Club Gresik Taekwondo Academy (GTA) miliknya. “Awalnya berniat sampai semester
akhir berhenti. tetapi digeret terjun jadi pelatih sama sanim Angga (kepala
pelatih GTA),” sebutnya.
Walaupun awalnya
menolak karena ingin tetap fokus untuk mencari pekerjaan diperusahaan. Echa tetap
menerima ajakan dari pelatihnya itu dan tetap bisa bertahan bahkan saat ia
telah mendapatkan pekerjaan di perusahaan yang di inginkannya sedari lama itu.
Echa mengaku
bahwa hal yang membuatnya bertahan di taekwondo adalah orang-orang yang ada di
dalamnya seperti pelatih, atlet, wali atlet yang membuatnya merasa memiliki
keluarga ke 2 yang menyayanginya. “Alasanku berada di situ karena pelatih,
atlet, wali atlet yang ada disitu sudah seperti keluargaku, they make me up,”
ucapnya.
Tak lama
kemudian kepala pelatihnya menyuruh Echa untuk mengikuti diklat yang dimana
setelah mengikuti diklat tersebut echa dapat menjadi wasit dalam
pertandingan-pertandingan taekwondo. Echa langsung menerima tawaran itu sebab
semua orang mendukungnya untuk mengikutinya.
Saat ini Echa
masih mengumpulkan berbagai prestasi yang salah satunya merupakan asisten pelatih
cabang olahraga taekwondo kab. Gresik pada Porprov 2023.
Penulis: Nailah Ayudia Faizzah (23041184185)
Komentar
Posting Komentar