Asam Garam Penjahit Keliling

 

Beradu dengan panasnya matahari setiap hari, tidak membuat semangatnya turun. Pria itu adalah Gimyati (63), seorang penjahit keliling yang berasal dari Pucunglor, Kecamatan Ngantru, Kabupaten Tulungagung. Gimyati setiap hari menjelajahi setiap sudut Kecamatan Ngantru sejak 1980, beradu nasib dengan kemampuan jahitnya. Dengan bermodalkan motor Kawasaki Blitz, mesin jahit, dan beberapa perlengkapan lainnya, Gimyati mencari nafkah dan dapat menghidupi keluarganya selama puluhan tahun. 

 

Saya sudah bekerja jadi penjahit cukup lama, dari saya masih muda sampai sudah punya cucu gini. Namanya juga hidup, disyukuri saja. Pekerjaan apapun dilakuin asalkan halal.” ungkap Gimyati saat diwawancarai pada Minggu (8/10/2023). 

 

Gimyati mengungkapkan alasan kenapa menjahit keliling, ia mengaku mahalnya ongkos ruko menjadi penyebabnya. Selain itu, apabila membuka usaha jahit dirumah tidak menjamin ia akan mendapat pelanggan setiap harinya. Oleh karena itu ia lebih memilih untuk menjemput pelanggannya langsung dan berkorban untuk membeli bensin motor. 

 

Mendingan pake sistem jemput bola, itung-itung sekalian saya keliling kota, saya jarang jalan-jalan” tambahnya. 

 

Kini setiap harinya ia mulai berkeliling pada pukul 09.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB. Tidak jarang ia berangkat lebih lama ataupun pulang lebih awal dengan rute bekerja yang berbeda. Dengan ketidakpastian yang ia lakukan, para pelanggan setianya biasanya telepon untuk konfirmasi dan menyuruhnya untuk mampir ke rumah. 

 

Ketika ia berhenti di suatu tempat, tak jarang dari pemberhentian itu pelanggan yang muncul tidak hanya satu orang. Pelanggan lainnya biasa membantunya untuk promosi ke sekitar bahwa ada penjahit keliling yang datang. Para pelanggannya pun beragam, tetapi sebagian besar adalah ibu-ibu rumah tangga. Mereka datang dengan masalah celana/rok robek, resleting tidak lancar, hingga ada yang mengecilkan baju/celana. 

 

Setiap harinya ia bisa mendapatkan 10 pelanggan. Tiap harga jahitan tergantung pada jenis masalahnya. Untuk mengecilkan baju Rp 15.000, memotong celana Rp 10.000, memperbaiki resleting Rp 10.000. Ongkos yang diterima tidak banyak. Terlebih para ibu-ibu suka menawar agar mendapat potongan harga. Jadi total pendapatannya perhari berkisar Rp 100.000.

 

Gimyati mengaku ada perbedaan pendapatan ketika memasuki bulan besar, contohnya mendekati hari raya idul fitri, hari raya idul adha, natal, tahun baru, dan tahun ajaran baru. Ia mengaku banyak pelanggan yang mengecilkan seragam sekolah/kerjanya, memperbaiki dress dan lain sebagainya

 

Pada saat bulan besar saya mendapat pelanggan lebih banyak. Banyak dari mereka mengecilkan baju karena beli online dan salah ukuran. Ya itulah namanya rezeki udah ada yang ngatur, meski ada perkembangan zaman semua bisa beli online, tapi kalau hasil yang diterima kurang pas, itu bisa jadi rezeki saya sebagai penjahit keliling” ungkapnya. 

 

 

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kedai Semoga Sukses Tutup Permanen, Kini Hanya Tersisa Kenangan

Kisah Atlet Taekwondo Wanita Peraih Banyak Prestasi

Kedai Semoga Sukses resmi tutup permanen usai di protes warga sekitar.