Jelang Pemilu 2024, Baliho Caleg Kota Blitar Bertebaran
Pemilu 2024 sudah semakin dekat. Saat ini banyak ditemukan baliho partai politik, caleg, dan capres cawapres yang bertebaran di semua sudut kota. Tidak terkecuali di Desa Jlimut, Kelurahan Plosokerep, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar.
Pada Minggu (22/10/2023) lalu, baru terpasang baliho caleg DPRD Kota Blitar yaitu Bayu Setyo Kuncoro dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Baliho dengan ukuran 2 meter x 4 meter ini terpasang di depan rumah kosong warga yang beralamatkan di Jalan Sawit No.24 Kota Blitar.
Sebelumnya juga sudah terpasang baliho caleg DPRD Kota Blitar yaitu Ahmad Sjakur dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang hanya berjarak 50 meter dari baliho baru PDIP. Dengan adanya baliho-baliho tersebut, Susanto (43), ketua RT 01 RW 06 Desa Jlimut menanggapi
“Saya pribadi tidak masalah karena itu pesta demokrasi rakyat. Saya senang kalau banyak atribut partai yang dipasang. Semakin banyak partai yang berpartisipasi semakin bagus. Jadi disini menunjukkan semua partai diterima oleh masyarakat.”
Tidak ada aturan khusus mengenai pemasangan baliho ini. Siapa saja dan berasal dari partai mana boleh memasang baliho. Hanya saja dalam pemasangan baliho, diwajibkan untuk tidak menghambat kegiatan warga, tidak menutup akses rumah warga, tidak merusak lingkungan, serta tidak mengandung unsur sara dan pornografi.
“Baliho ini dipasang oleh warga yang tergabung menjadi tim sukses. Sebenarnya disini bebas mau pasang siapa dan darimana yang penting tidak mengganggu warga. Tapi kalau tidak ada tim sukses yang dari desa sendiri, buat apa dipasang? Toh dia tidak punya masa. Karena jujur saja di Desa Jlimut ini mayoritas pendukungnya PDIP, PKB, dan Golkar” tambah Susanto.
Pemasangan baliho ini bertujuan sebagai media pengenalan. Sebagian besar warga merasa tidak terganggu dengan adanya baliho ini sebab dianggap sebagai kegiatan promosi/kampanye. Namun, terdapat beberapa warga yang mengharapkan kampanye model ini digantikan dengan kampanye terjun langsung ke lapangan karena dianggap lebih efektif daripada sekedar baliho.
“Seusia saya ini, kampanye baliho kurang cocok. Mata udah kurang jelas buat baca tulisan. Mendingan langsung dateng, jelasin progam kerjanya, dan langsung dengerin keluhan warga. Kampanye yang kaya gitu yang diharapin warga tuh.” ujar Kholipah (55), warga Desa Jlimut yang diwawancarai pada Minggu (29/10/2023).
Komentar
Posting Komentar