Pertanian yang Mulai Ditinggalkan
Indonesia adalah negara agraris. Sebagian besar penduduk Indonesia bekerja sebagai petani. Jumlah sawah di Indonesia membentang luas. Pada zaman dahulu, petani merupakan mata pencaharian pertama penduduk Indonesia. Seiring berkembangnya zaman, pekerjaan sebagai petani mulai ditinggalkan. Generasi milenial dan generasi Z lebih memilih untuk bekerja kantoran daripada bekerja sebagai petani. Terdapat berbagai alasan mengapa mereka enggan bekerja sebagai petani. Di masa depan, jumlah petani di Indonesia bisa saja menurun karena hal ini.
Sulistyo (46) salah satu petani yang masih tersisa di Desa Babadan, Kecamatan Karangrejo, Kabupaten Tulungagung. Selama ini Sulistyo bekerja di sawah miliknya sendiri. Sawah milik Sulistyo berlokasi sama dengan desa tempatnya tinggal. Sawah milik Sulistyo ditanami dengan tanaman padi dan tebu. Selama bekerja sebagai petani, Sulistyo dibantu dengan dua orang pegawai. Selain itu, Sulistyo juga kerap dibantu oleh anak semata wayangnya, Ayus, yang berusia 19 tahun. “Anak saya sering membantu pada saat libur sekolah atau saat panen,” ungkapnya.
Padi yang ditanam di sawah milik Sulistyo, dipanen dua kali dalam setahun. Sedangkan tebu dipanen satu kali dalam satu tahun. Ketika proses pemanenan, Sulistyo biasanya menambah jumlah pekerja agar proses pemanenan berlangsung cepat dan efektif. Padi dan tebu yang dipanen kemudian dikirim ke produsen untuk diolah menjadi beras atau gula.
Selama bekerja sebagai petani, Sulistyo hampir tidak pernah menggunakan alat bantu modern. Hal inilah yang sepertinya menjadi salah satu alasan mengapa generasi penerus enggan bekerja sebagai petani. Pemanfaatan teknologi yang kurang maksimal menjadi salah satu alasan jumlah petani di Indonesia menurun. Pekerjaan petani kerap kali dianggap kurang nyaman dan lebih enak bekerja secara kantoran. Di samping itu, harga-harga mesin pertanian juga mahal sehingga banyak petani yang tidak mampu membeli.
Ketika ditanya mengapa banyak generasi milenial dan generasi Z, Sulistyo menjelaskan bahwa generasi tersebut enggan menjadi petani karena pekerjaan sebagai petani cenderung melelahkan secara fisik. Bekerja sebagai pegawai tetap atau pegawai kantoran dianggap lebih keren daripada bekerja di sawah. Entah apa yang akan terjadi pada pertanian di Indonesia jika generasi penerusnya tidak mau menjadi petani.

Komentar
Posting Komentar