E-Commerce : platform digital yang bikin orang tua gigit jari
E-Commerce : platform digital yang bikin orang tua gigit jari
Surabaya (27/11/2023)
(H-News) Intensitas penggunaan internet yang tinggi berdampak pada kemudahan akses bagi kalangan pelajar untuk menjangkau berbagai macam fitur di internet khususnya berbelanja di e-commerce (media jual beli online), seperti yang terjadi di salah satu sekolah menengah atas di Sidoarjo.
Survey yang dilakukan di SMA Hangtuah 2 Sidoarjo menyatakan 60% atau sekitar 27 siswa maupun siswi dari 45 responden lebih memilih belanja online melalui e-commerce dibandingkan pasar offline yang mengindikasikan bahwa penggunaan e-commerce dikalangan anak muda sudah mendominasi.
Hal ini menjadi tantangan baru bagi orang tua agar dapat lebih memperhatikan anaknya, hal ini menjadi keresahan bu Sutris salah satu orangtua yang anaknya aktif menggunakan internet.
“Anak saya tuh kadang suka check out - check out sendiri, dan kadang metode pembanyarannya cod (cash on delivery) jadi kadang resah kalo dirumah posisi lagi gaada uang” Ujarnya pada 25 November 2023 lalu.
Fitur cod menjadi momok yang mengerikan bagi bu Sutris, dikarnakan ia meyakini itu memudahkan anaknya untuk memesan barang diluar sepengetahuannya.
Diluar itu, survey yang dilakukan pada 45 responden di suatu sekolah menengah atas di Sidoarjo menyatakan intensitas pembelanjaan anak anak di rentang usia 16-18 tahun ada pada angka 1-2 kali pembelanjaan setiap minggunya, terdapat 50 persen lainnya dari mereka yang melakukan pembelian diatas angka 1-2 kali per minggu.
Sebagai contoh Hendy, salah satu pelajar yang sekarang masi menduduki bangku SMA. Ia menyampaikan bahwa pada tanggal tanggal tertentu keinginan nya membeli barang semakin besar dikarnakan banyaknya promo yang ditawarkan pihak e-commerce pada konsumennya.
“Pengaruh buat daya beli sih besar, bahkan bisa membuat orang yang tidak butuh menjadi beli”
Ia juga menyampaikan kekhawatirannya terkait pedagang UMKM yang masih menjual dagangannya melalui pasar offline.
“Kalau pas ada promo shopee otomatis penjual offline harus berani banting harga juga dong buat bersaing sama shopee, kalau pun gabung di shopee harus mikir syarat dan ketentuan juga, belum tentu produk yg kita jual bisa dapat promo shopee”
Tidak hanya pada skala pelajar, tren belanja online ini juga menarik perhatian masyarakat secara luas.
Hal ini dibuktikan dengan data yang dianalisis terkait proyeksi e-commerce di asia tenggara.
Data hasil riset dari EMarketer menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat pertama perkembangan proyeksi e-commerce dengan presentase perbedaan yang cukup jauh dari negara asia tenggara lainnya yakni US$12,37 yang bernilai dua kali lipat potensi yang dimiliki oleh Thailand yakni US$7,84 lalu pada negara negara asia tenggara lainnya berada pada angka 4 hingga US$1.
Hasil riset Katadata Insight Center (KIC) dan Kredivo juga menyebutkan bahwa masyarakat menggunakan sekitar 3 sampai 5% dari pendapatan bulanannya untuk belanja di e-commerce. Semakin muda, rasio pendapatan yang dibelanjakan di e-commerce semakin besar.
Tidak hanya kemudahan transaksi saja yang ditawarkan e-commerce dalam menarik para penjual, hal ini juga menguntungkan para penjual yang tidak memiliki toko, mereka dapat mengakses jual beli hanya melalui perangkat digital. hal ini dirasakan oleh Ara seorang penyedia jasa cetak foto polaroid yang berbasis di salah satu marketplace yang ada di Indonesia.
Ia menyampaikan bahwa hal tersebut dapat memperkecil modal yang dikeluarkan untuk menyewa kios dan sebagai gantinya ia menggunakan ruangan kamarnya sendiri untuk memproduksi produk yang ia jual.
Sumber Data :
https://www.insiderintelligence.com/content/southeast-asia-ecommerce-2021-public-health-uncertainty-clouds-outlook
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/06/09/gaji-generasi-z-dan-milenial-banyak-dibelanjakan-di-e-commerce
Komentar
Posting Komentar