Belasan Tahun Kerja, Inilah Risna Seorang Gadis Kretek di Kota Blitar
sumber dok : rri.co.id
PT Pura Perkasa Jaya merupakan perusahaan yang berlokasi di Jalan Anggrek Kota Blitar. Perusahaan yang bergerak di bidang rokok itu beroperasi sejak awal tahun 1960-an. Dengan umur 63 tahun perusahaan mempunyai 141 karyawan tetap. Salah satunya Risnawati.
Risnawati (39), salah satu karyawan PT Pura Perkasa Jaya mengaku dirinya sudah bekerja di pabrik rokok sejak tahun 2004. Ia bekerja di bagian verpak atau pengemasan. Masa muda ia habiskan untuk mengemas rokok. Dari mulai ia belum menikah, sampai memiliki anak yang sudah kuliah.
“Saya masuk pabrik rokok ini sudah lama, bisa dibilang waktunya sama dengan umur anak saya” ujar Risna.
Dia mengaku gabung di pabrik ini dikarenakan membantu perekonomian keluarga. Pada saat itu pabrik sedang membuka lowongan besar-besaran. Muncullah tawaran untuk bekerja di pabrik ini dari sang ibu yang lebih dulu bergabung. Berbeda dengan dia, ibu nya berada di bagian giling rokok. Tidak lama dari itu, dia pun mengajak kakaknya untuk turut bekerja di perusahaan rokok tersebut.
“Keluarga saya banyak berkecimpung dengan rokok. Ibu dan budhe saya giling, saya dan kakak verpak. Tetangga disini juga banyak yang bekerja di pabrik rokok” ujarnya.
Menurutnya bekerja pada bidang pengemasan cukup mudah, layaknya kita membungkus kado. Namun memang membutuhkan kecepatan karena dikejar oleh target dari atasan.
“Awal-awal emang lumayan ribet, tapi kelamaan juga mudah kok. Hampir sama kaya bungkus kado” tuturnya.
Menurut pengakuan Risna, ada tiga tahapan dalam proses pengemasan rokok. Pertama, pengemasan rokok batangan menjadi satu bungkus. Satu bungkus berisi 12 batang rokok. Kedua, bungkusan tersebut dijadikan menjadi satu kotak atau biasa disebut satu press. Dalam satu kotak berisi 10 bungkus. Ketiga, kotak-kotak tersebut disusun didalam kardus besar yang disebut satu bal. Bal besar dengan isi 10 kotak tersebut dibalut dengan kertas payung yang berwarna coklat. Dengan begitu, satu bal berisi 100 bungkus rokok.
“Proses yang ribet itu di bagian ngemas rokok batangan menjadi satu bungkus” ungkapnya.
Dia menjelaskan 12 batang rokok disusun bolak-balik diatas lembaran e-tiket dalam cetakan kayu. E-tiket ditutup selayaknya membungkus kado. Selanjutnya e-tiket yang telah dikemas diberi pita cukai. Masuk ke bagian OPP, yaitu proses bungkus rokok dibalut dengan plastik yang direkatkan menggunakan pemanas.
“Setiap hari orderan masuk dengan jumlah yang berbeda tergantung jumlah yang diberikan oleh mandor. Mandor memberikan jumlah berdasarkan kekuatan masing-masing orang” ucap Risna.
Menurut Risna, untuk karyawan yang memiliki kemampuan cepat dalam mengemas rokok, mulai pukul 07.00 - 16.00 WIB dapat mengemas delapan bal. Harga per bal yaitu Rp 14.000. Dengan begitu setiap hari karyawan dapat memperolah upah dengan rata-rata Rp 100.000 per hari. Namun pendapatan kembali berdasarkan kekuatan dalam mengemas.
Seperti pengakuan Risna jam kerja selesai di jam 16.00 WIB, jadwal tersebut bisa berubah apabila terdapat lembur orderan banyak dan mati listrik. Listrik mati mengakibatkan pemanas tidak bisa nyala dan rokok tidak dapat dibungkus. Hal itulah menjadi duka bagi Risna.
“Duka nya sih tuntutan dari atasan ya. Harus ngejar target buat segera dikirim. Dibutuhkan buat kerja cepat dan harus rapi” kata Risna.
Untuk suka dalam kerja di pabrik rokok, menurut Risna yaitu cukup mudah mendapatkan uang. Dia menganggap seperti membungkus kado yang berpenghasilan. Selain itu dapat bertemu dengan teman-teman, bercanda gurau dengan lainnya. Di pabrik tempat kerjanya diperbolehkan untuk saling berbincang asalkan tidak makan di bangku kerja. Seperti pengakuan diatas, karyawan di pabrik ini banyak dari saudara dan tetangga dia. Tentunya hal ini membuat Risna cukup terhibur daripada harus berdiam diri di rumah.
Komentar
Posting Komentar